Selasa, 14 Desember 2010

KEJADIAN LUAR BIASA ( KLB )

WABAH

Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (UU No 4. Tahun 1984).

Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi).


OUTBREAK

Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit yang sama dimana penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama lain.


EPIDEMI

Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat frekuensinya meningkat.


PANDEMI

Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya dalam waktu singkat meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup wilayah yang luas

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila ketiga syarat berikut telah terpenuhi:

timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi bersangkutan,

agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius,

agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada manusia.

Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemi hanya karena menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal sebagai kanker menimbulkan angka kematian yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai pandemi karena tidak ditularkan.


ENDEMI

Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya pada wilayah tertentu menetap dalam waktu lama berkenaan dengan adanya penyakit yang secara normal biasa timbul dalam suatu wilayah tertentu.

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit.

1. Kriteria Kerja Kejadian Luar Biasa (KLB)

Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:

Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal

Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)

Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

2. Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)

Kekebalan Herd (atau kekebalan masyarakat) menjelaskan bentuk kekebalan yang terjadi ketika vaksinasi sebagian besar populasi (atau kelompok) memberikan ukuran perlindungan bagi individu yang belum mengembangkan kekebalan. teori imunitas Herd menyatakan bahwa, pada penyakit menular yang ditularkan dari individu ke individu, rantai infeksi mungkin akan terganggu ketika sejumlah besar populasi kebal terhadap penyakit. Semakin besar proporsi individu yang kebal, semakin kecil kemungkinan bahwa individu rentan akan datang ke dalam kontak dengan individu menular.


Estimasi Herd Imunitas ambang untuk penyakit yang dapat dicegah vaksin. Transmisi Penyakit ambang kekebalan R0 Herd:

Difteri Air liur 6-7 85%

Campak Airborne 12-18 83-94%

Gondong Airborne droplet 4-7 75-86%

Pertusis Airborne droplet 12-17 92-94%

Polio tinja-oral route 5-7 80-86%

Rubella Airborne droplet 5-7 80 - 85%

Cacar Sosial menghubungi 6-7 83-85%

R0 adalah bilangan reproduksi dasar, atau rata-rata jumlah kasus infeksi sekunder yang dihasilkan oleh kasus indeks tunggal dalam populasi benar-benar rentan.

Vaksinasi bertindak sebagai semacam firebreak atau firewall dalam penyebaran penyakit ini, memperlambat atau mencegah penularan lebih lanjut dari penyakit ini kepada orang lain. individu tidak divaksinasi secara tidak langsung dilindungi oleh individu divaksinasi, karena yang terakhir tidak akan kontrak dan menularkan penyakit antara individu yang terinfeksi dan rentan. Oleh karena itu, kebijakan kesehatan masyarakat imunitas kawanan dapat digunakan untuk mengurangi penyebaran penyakit dan menyediakan tingkat perlindungan ke subkelompok, rentan tidak divaksinasi. Karena hanya sebagian kecil dari populasi (atau kelompok) dapat dibiarkan tidak divaksinasi untuk metode ini menjadi efektif, dianggap terbaik tersisa untuk mereka yang tidak dapat dengan aman menerima vaksin karena kondisi medis seperti gangguan kekebalan atau untuk penerima transplantasi organ.

Kekebalan Herd hanya berlaku untuk penyakit yang menular. Ini tidak berlaku untuk penyakit seperti tetanus (yang menular, tetapi tidak menular), dimana vaksin hanya melindungi orang yang divaksinasi dari penyakit. Herd kekebalan seharusnya tidak dibingungkan dengan kekebalan kontak, sebuah konsep terkait dimana individu yang divaksinasi dapat 'menularkan' vaksin ke seseorang lainnya melalui kontak.

3. Langkah-Langkah Jika Terjadi Wabah

a. Konfimasi / menegakkan diagnosa

Definisi kasus

Klasifikasi kasus dan tanda klinik

Pemeriksaan laboratorium

b. Menentukan apakah peristiwa itu suatu letusan/wabah atau bukan

Bandingkan informasi yang didapat dengan definisi yang sudah ditentukan tentang KLB

Bandingkan dengan incidende penyakit itu pada minggu/bulan/tahun sebelumnya

c. Hubungan adanya letusan/wabah dengan faktor-faktor waktu, tempat dan orang

Kapan mulai sakit (waktu)

Dimana mereka mendapat infeksi (tempat)

Siapa yang terkena : (Gender, Umur, imunisasi, dll)

d. Rumuskan suatu hipotesa sementara

Hipotesa kemungkinan : penyebab, sumber infeksi, distribusi penderita (pattern of disease)

Hipotesa : untuk mengarahkan penyelidikan lebih lanjut

e. Rencana penyelidikan epidemiologi yang lebih detail Untuk menguji hipotesis

Tentukan : data yang masih diperlukan sumber informasi

Kembangkan dan buatkan check list.

Lakukan survey dengan sampel yang cukup

f. Laksanakan penyelidikan yang sudah direncanakan

Lakukan wawancara dengan :

1) Penderita-penderita yang sudah diketahui (kasus)

2) Orang yang mempunyai pengalaman yang sama baik mengenai waktu/tempat terjadinya penyakit, tetapi mereka tidak sakit (control)

Kumpulkan data kependudukan dan lingkungannya

Selidiki sumber yang mungkin menjadi penyebab atau merupakan faktor yang ikut berperan

Ambil specimen dan sampel pemeriksa di laboratorium

g. Buatlah analisa dan interpretasi data

Buatlah ringkasan hasil penyelidikan lapangan

Tabulasi, analisis, dan interpretasi data/informasi

Buatlah kurva epidemik, menghitung rate, buatlah tabel dan grafik-grafik yang diperlukan

Terapkan test statistik

Interpretasi data secara keseluruhan

h. Test hipotesa dan rumuskan kesimpulan

Lakukan uji hipotesis

Hipotesis yang diterima, dpt menerangkan pola penyakit :

1) Sesuai dengan sifat penyebab penyakit

2) Sumber infeksi

3) Cara penularan

4) Faktor lain yang berperan

5) Lakukan tindakan penanggulangan

Tentukan cara penanggulangan yang paling efektif.

Lakukan surveilence terhadap penyakit dan faktor lain yang berhubungan.

Tentukan cara pencegahan dimasa akan datang

i. Buatlah laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi tersebut.

Pendahuluan

Latar Belakang

Uraian tentang penelitian yang dilakukan

Hasil penelitian

Analisis data dan kesimpulan

Tindakan penanggulangan

Dampak-dampak penting

Saran rekomendasi

4. PENANGGULANGAN WABAH

Penanggulangan KLB :

Upaya penanggulangan ini meliputi pencegahan penyebaran KLB, termasuk pengawasan usaha pencegahan tersebut dan pemberantasan penyakitnya. Upaya penanggulangan KLB yang direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait secara terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi penyebarluasan KLB sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah (Depkes, 2000).

Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002).

Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga menyebutkan bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi wabah secara dini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan lebih dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini adalah penentuan penyakit didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB terlambat diantisipasi (Sidemen A., 2003).

IIN YULIANTI

E2A009090

REGULER 1 2009


Jumat, 12 November 2010

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI MALARIA

Penyakit malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis. Penyakit tersebut semula banyak ditemukan di daerah rawa-rawa dan dikira disebabkan oleh udara rawa yang buruk, sehingga dikenal sebagai malaria (mal = jelek; aria=udara).

Seiring berkembangnya teknologi kedokteran, pendapat itu dimentahkan oleh berbagai data mutakhir

Penyebab Penyakit Malaria

  1. Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia. Bibit penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut Plasmodium.
  2. Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan malaria:
  3. Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa menimbulkan kematian.
  4. Vivax, penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan sulit kambuh.
  5. Malariae, penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak banyak ditemukan.
  6. Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di Indonesia.
  7. Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara nyamuk anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan berkembang biak dengan membelah diri.

Penularan dan Penyebaran Penyakit Malaria

  1. Penularan penyakit malaria dari orang yang sakit kepada orang sehat, sebagian besar melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria dalam darah manusia dapat terhisap oleh nyamuk, berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, dan ditularkan kembali kepada orang sehat yang digigit nyamuk tersebut.
  2. Jenis-jenis vektor (perantara) malaria yaitu:
  3. Anopheles Sundaicus, nyamuk perantara malaria di daerah pantai.
  4. Anopheles Aconitus, nyamuk perantara malaria daerah persawahan.
  5. Anopheles Maculatus, nyamuk perantara malaria daerah perkebunan, kehutanan dan pegunungan.
  6. Penularan yang lain adalah melalu transfusi darah. Namun kemungkinannya sangat kecil.

Tindakan dan Pengobatan:

  1. Memutus rantai penularan dengan memilih mata rantai yang paling lemah. Mata rantai tersebut adalah penderita dan nyamuk malaria.
  2. Seluruh penderita yang memiliki tanda-tanda malaria diberi pengobatan pendahuluan dengan tujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan mencegah penularan selama 10 hari.
  3. Bagi penderita yang dinyatakan positif menderita malaria setelah diuji di laboratorium, akan diberi pengobatan secara sempurna.
  4. Bagi orang-orang yang akan masuk ke daerah endemis malaria seperti para calon transmigran, perlu diberi obat pencegahan.

Tindakan-tindakan Pencegahan:

  1. Usahakan tidur dengan kelambu, memberi kawat kasa, memakai obat nyamuk bakar, menyemprot ruang tidur, dan tindakan lain untuk mencegah nyamuk berkembang di rumah.
  2. Usaha pengobatan pencegahan secara berkala, terutama di daerah endemis malaria.
  3. Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan ruang tidur, semak-semak sekitar rumah, genangan air, dan kandang-kandang ternak.
  4. Memperbanyak jumlah ternak seperti sapi, kerbau, kambing, kelinci dengan menempatkan mereka di luar rumah di dekat tempat nyamuk bertelur.
  5. Memelihara ikan pada air yang tergenang, seperti kolam, sawah dan parit. Atau dengan memberi sedikit minyak pada air yang tergenang.
  6. Menanam padi secara serempak atau diselingi dengan tanaman kering atau pengeringan sawah secara berkala
  7. Menyemprot rumah dengan DDT.

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI TB PARU

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi akibat infeksi kuman Mycobacterium yang bersifat sistemis (menyeluruh) sehingga dapat mengenai hampir seluruh organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru-paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi yang pertama kali terjadi.

Penyebab TB Paru adalah bakteri Mycobacterium tuberculosa, bakteri ini dapat menular. Jika penderita bersin atau batuk maka bakteri tuberculosi akan bertebaran di udara. Infeksi awal yang terjadi pada anak-anak umunya akan menghilang dengan sendirinya jika anak-anak telah mengembangkan imunitasnya sendiri selama periode 6-10 minggu. Tetapi banyak juga terjadi dalam berbagai kasus, infeksi awal tersebut malah berkembang menjadi progressive tuberculosis yang menjangkiti organ paru dan organ tubuh lainnya. Jika sudah terkena infeksi yang progresif ini maka gejala yang terlihat adalah demam, berat badan turun, rasa lelah, kehilangan nafsu makan dan batuk-batuk. Dalam kasus reactivation tuberculosis, infeksi awal tuberculosis (primary tuberculosis) mungkin telah lenyap tetapi bakterinya tidak mati melainkan hanya "tidur" untuk sementara waktu.

Bilamana kondisi tubuh sedang tidak fit dan dalam imunitas yang rendah, maka bakteri ini akan aktif kembali. Gejala yang paling menyolok adalah demam yang berlangsung lama denga keringat yang berlebihan pada malam hari dan diikuti oleh rasa lelah dan berat badan yang turun. Jika penyakit ini semakin progresif maka bakteri yang aktif tersebut akan merusak jaringan paru dan terbentuk rongga-rongga (lubang) pada paru-paru penderita maka si penderita akan batuk-batuk dan memproduksi sputum (dahak) yang bercampur dengan darah.

Pengobatannya dengan obat untuk TBC berbentuk paket selama 6 bulan yang harus dimakan setiap hari tanpa terputus. Bila penderita berhenti ditengah pengobatan maka pengobatan harus diulang lagi dari awal, untuk itu maka dikenal istilah PMO (pengawas minum obat) yaitu adannya orang lain yang dikenal baik oleh penderita maupun petugas kesehatan (biasanya keluarga pasien) yang bertugas untuk menngawasi dan memastikan penderita meminum obatnya secara teratur setiap hari. Pada 2 bulan pertama obat diminum setiap hari sedangkan pada 4 bulan berikutnya obat diminum selang sehari. Regimen yang ada antara lain : INH, Pirazinamid, Rifampicin, Ethambutol, Streptomisin.


PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI CAMPAK

Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh sebuah virus yang bernama Virus Campak. Penularan melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita.Gejala-gejalanya adalah : Demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3 – 5 hari setelah anak menderita demam. Bercak mula-mula timbul dipipi bawah telinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya.

Komplikasi dari penyakit Campak ini adalah radang Paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada saraf, radang pada sendi dan radang pada otak yang

dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen ( menetap ). Pencegahan adalah dengan cara menjaga kesehatan kita dengan makanan yang sehat, berolah raga yang teratur dan istirahat yang cukup, dan paling efektif cara pencegahannya adalah dengan melakukan imunisasi. Pemberian Imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan bertujuan untuk melindungi terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan, dan diberikan pada usia anak sembilan bulan atau lebih.

Tahapan pemberantasan Campak
Pemberantasan campak meliputi beberapa tahapan, dengan kriteria pada tiap tahap yang berbeda-beda.
a. Tahap Reduksi.
Tahap reduksi campak dibagi dalam 2 tahap: Tahap pengendalian campak. Pada tahap ini terjadi penurunan kasus dan kematian, cakupan imunisasi >80%, dan interval terjadinya KLB berkisar antara 4 – 8 tahun.
Tahap pencegahan KLB. Pada tahun ini cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi dan merata, terjadi penurunan tajam kasus dan kematian, dan interval terjadinya KLB relative lebih panjang.
b. Tahap Eliminasi
Pada tahap eliminasi, cakupan imunisasi sudah sangat tinggi (>95%), dan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya. Kasus campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah ternadi. Anak-anak yang dicurigai tidak terlindung (susceptible) harus diselidiki dan mendapat imunisasi tambahan.
C. Tahap Eradikasi
Cakupan imunisasi tinggi dan merata, dan kasus campak sudah tidak ditemukan. Transmisi virus sudah dapat diputuskan, dan negara-negara di dunia sudah memasuki tahap eliminasi. Pada TCG Meeting, Dakka, 1999, menetapkan Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan terjadinya KLB.

Pengobatan campak dilakukan dengan mengobati gejala yang timbul. Demam yang terjadi akan ditangani dengan obat penurun demam. Jika anak mengalami diare maka diberi obat untuk mengatasi diarenya. Batuk akan diatasi dengan mengobati batuknya. Dokter pun akan menyiapkan obat anti kejang bila anak punya bakat kejang.
Intinya, segala gejala yang muncul harus diobati karena jika tidak, maka campak bisa berbahaya. Dampaknya bisa bermacam-macam, bahkan bisa terjadi komplikasi. Perlu diketahui, penyakit campak dikategorikan sebagai penyakit campak ringan dan yang berat. Disebut ringan, bila setelah 1-2 hari pengobatan, gejala-gejala yang timbul membaik. Disebut berat bila pengobatan yang diberikan sudah tak mempan karena mungkin sudah ada komplikasi.

Pengobatan gejala
Komplikasi dapat terjadi karena virus campak menyebar melalui aliran darah ke jaringan tubuh lainnya. Yang paling sering menimbulkan kematian pada anak adalah kompilkasi radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi ini bisa terjadi cepat selama berlangsung penyakitnya.
Gejala ensefalitis yaitu kejang satu kali atau berulang, kesadaran anak menurun, dan panasnya susah turun karena sudah terjadi infeksi "tumpangan" yang sampai ke otak. Lain halnya, komplikasi radang paru-paru ditandai dengan batuk berdahak, pilek, dan sesak napas. Jadi, kematian yang ditimbulkan biasanya bukan karena penyakit campak itu sendiri, melainkan karena komplikasi. Umumnya campak yang berat terjadi pada anak yang kurang gizi.

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEMATIAN IBU

Angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi. Pendarahan, infeksi, hipertensi kehamilan serta abortus tidak aman. Keempat kondisi itulah yang menjadi penyebab angka kematian Ibu ( AKI ) tetap tinggi. Diantara keempat faktor itu, pendarahan menduduki peringkat pertama dengan 45 persen kejadian. Penyebab pendarahan disebabkan perlengketan ari-ari, robekan rahim atau otot-otot rahim yang mengendur akibat sering bersalin.Hal ini bisa diantisipasi dengan sering periksa ada tidaknya risiko pendarahan itu. Selain rajin memeriksakan kehamilan, penting juga memriksakan hemoglobin. Terutama bulan keenam dan ketujuh kehamilan. Pemeriksaan Hb penting untuk menghindari kemungkinan anemia. Hal ini disebabkan ibu yang anemia berisiko otot-otot rahim melemah dan tidak segera menutup kembali pasca melahirkan. Risikonya sama, pendarahan.
Oleh sebab itu perlu diadakannya program:
  1. Pemberian penyuluhan kepada para ibu agar dapat mengatur kehamilan mereka.
  2. Selama masa kehamilan ibu harus mendapatkan asupan makanan yang baik, hygiene dan sanitasi lingkungan yang baik pula.
  3. Perlunya keberanian ibu untuk mengambil keputusan, sehingga trias keterlambatan yang dapat meningkatkan kematian ibu dapat dihindarkan.
  4. Pelayanan kesehatan untuk persalinan harus memadahi.
  5. Bagi keluarga sendiri, diharapkan memberikan perhatian kepada ibu selama masa kehamilan dan setelah melahirkan.
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI LAHIR MATI/ KEMATIAN BAYI

Para peneliti dari Aarhus University Hospital di Denmark mempelajari 20.000 kehamilan tunggal dan menemukan empat kali lipat peningkatan risiko bayi meninggal dalam kandungan pada perempuan yang melakukan program bayi tabung atau ICSI dibandingkan dengan perempuan yang hamil secara alami.
Penyebab :
  • Kecacatan kelahiran - biasanya berpunca daripada struktur atau kecacatan kromosom.
  • Tali pusat terjatuh (prolaps), iaitu apabila tali pusat terkeluar dari faraj terlebih dahulu sebelum bayi. Ini menghalang pengaliran darah dan oksigen.
  • Masalah uri (plasenta)
-Pemisahan uri dari dinding rahim (uterus). Bayi tidak mungkin dapat hidup sekiranya uri telah terpisah dari tempat implantasinya.
- Implantasi uri di bahagain pangkal rahim/bahagian bawah rahim atau serviks. Keadaan ini dipanggil plasenta previa. Sekiranya keadaan ini tidak dikesan di peringkat awal, ia boleh menggagalkan peluang bayi untuk hidup dan pendarahan yang serius mungkin berlaku.
  • Keadaan kesihatan ibu mengandung sebelum dan juga semasa kehamilan seperti ibu mengidap diabetes (kencing manis) dan tekanan darah tinggi. Keadaan ini merupakan penyebab penting kejadian lahir mati dan masalah ini perlu dipantau sepanjang tempoh kehamilan.
  • Masalah pada tali pusat
- tali pusat terpintal menyebabkan terganggunya pengaliran oksigen dan juga nutrien kepada bay
- tali pusat itu terbelit pada leher bayi, yang menjadikan bayi tercekik dan lemas apabila ia mula bergerak ke bahagian bawah
  • Tiada punca yang dapat dikenalpasti (merupakan separuh dari kes lahir mati) tetapi kemungkinan besar disebabkan oleh jangkitan.

IIN YULIANTI
E2A009090
REGULER 1 2009

Minggu, 17 Oktober 2010

EPIDEMIOLOGI DAN PERANANYA

oleh IIN YULIANTI, E2A009090
FKM, REG. 1 2009

A. Definisi Epidemiologi
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi penyakit dan determinannya pada masa (Mac Mahon & Pugh, 1970). Distribusi penyakit dapat dideskripsikan menurut orang (usia, jenis kelamin, ras), tempat(penyebaran geografis), dan waktu, sedangkan pengkajian determinan penyakit mencakup penjelassan pola distribusi penyakit tersebut menurut faktor-faktor penyebabnya.
Istilah epidemiologi berasal dari kata ‘epi’ (atas), ‘demos’ (rakyat, penduduk), dan ‘logos’ (ilmu), sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang terjadi/menimpa penduduk. Epidemiologi tidak terbatas hanya mempelajari epidemi (wabah).
Banyak definisi tentang Epidemiologi, beberapa diantaranya :
a. W.H. Welch
Suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan penyakit, terutama penyakit infeksi menular. Dalam perkembangannya, masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena batasan epidemiologi menjadi lebih berkembang.
b. Mausner dan Kramer
Studi tentang distribusi dan determinan dari penyakit dan kecelakaan pada populasi manusia.
c. Last
Studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasi studi untuk menanggulangi masalah kesehatan.
d. Mac Mahon dan Pugh
Epidemiologi adalah sebagai cabang ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.
e. Omran
Epidemiologi adalah suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya dan akibat-akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.
f. W.H. Frost
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi, dan jenis penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat.
g. Azrul Azwar
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 komponen penting yang ada dalam epidemiologi, sebagai berikut :
1) Frekuensi masalah kesehatan
2) Penyebaran masalah kesehatan
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan.
B. Peranan Epidemiologi
Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan maka epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa :
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat.
b. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan mengambil keputusan.
c. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan.
d. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.
e. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan.
Menurut sejarah perkembangan, epidemiologi dibedakan atas:
1. Epidemiologi Klasik
Mempelajari tentang penyakit menular wabah serta penyakit menurut konsep epidemiologi.
2. Epidemiologi modern
Merupakan sekumpulan konsep yang digunakan dalam studi epidemiologi yang terutama bersifat analitik, selain untuk penyakit menular wabah dapat diterapkan juga untuk penyakit menular bukan wabah, penyakit tidak menular, serta masalah-masalah kesehatan lainnya.
Menurut metode investigasi yang digunakan, epidemiologi dibedakan atas:
1. Epidemiologi deskriptif, mempelajari peristiwa dan distribusi penyakit.
2. Epidemiologi analitik, mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi penyakit (determinan-nya)
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kajian epidemiologi mencakup:
• Penyakit menular wabah
• Penyakit menular bukan wabah
• Penyakit tidak menular
• Masalah kesehatan lainnya
Secara praktis ruang lingkup epidemiologi lapangan dan komunitas dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu studi mengenai fenomena dan studi mengenai penduduk, sedangkan ruang lingkup epidemiologi klinik yang mempelajari mengenai serta kaitannya dengan riwayat alamiah penyakit.
Keunikan Epidemiologi jika dibandingkan dengan cabang-cabang lain Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ialah:
1. Epidemiologi tidak mempelajari individu, mainkan kelompok orang.
2. Epidemiologi memperbandingkan satu kelompok dengan kelompok lainnya dalam masyarakat.
3. Epidemiologi mempelajari apakah kelompok dengan kondisi tertentu lebih sering memiliki suatu karakteristik tertentu daripada kelompok tanpa kondisi tersebut. Kelompok yang lebih sering memiliki karakteristik tertentu tersebut dinamakan kelompok beresiko tinggi (high risk group).
D. Penelitian epidemiologi
Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :
1. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong lintang/studi prevalensi atau survei.
2. Epidemiologi analitik : terdiri dari :
a. Non eksperimental :
1) Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi. Kohort diartiakan sebagai sekelompok orang. Tujuan studi mencari akibat (penyakitnya).
2) Studi kasus kontrol/case control study/studi retrospektif. Tujuannya mencari faktor penyebab penyakit.
3) Studi ekologik. Studi ini memakai sumber ekologi sebagai bahan untuk penyelidikan secara empiris faktor resiko atau karakteristik yang berada dalam keadaan konstan di masyarakat. Misalnya, polusi udara akibat sisa pembakaran BBM yang terjadi di kota-kota besar.
b. Eksperimental. Dimana penelitian dapat melakukan manipulasi/mengontrol faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian dan dinyatakan sebagai tes yang paling baik untuk menentukan cause and effect relationship serta tes yang berhubungan dengan etiologi, kontrol, terhadap penyakit maupun untuk menjawab pertanyaan masalah ilmiah lainnya. Studi eksperimen dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
1) Clinical Trial. Contoh :
a) Pemberian obat hipertensi pada orang dengan tekanan darah tinggi untuk mencegah terjadinya stroke.
b) Pemberian Tetanus Toxoid pada ibu hamil untuk menurunkan frekuensi Tetanus Neonatorum.
2) Community Trial. Contoh : Studi Pemberian zat flourida pada air minum.
  • Studi Epidemiologi
Dari spektrum penyakit, yaitu urutan peristiwa yang terjadi pada manusia sejak saat pajanan (exposure) terhadap agen etiologi sampai dengan kematian, hanya sebagian kecil yang umumnya disadari oleh pengamat kesehatan, yaitu apabila kasus telah berkembang penuh. Walaupun demikian, dalam Epidemiologi diupayakan untuk sedapat mungkin mempelajari seluruh rentang spektrum penyakit.
Tujuan studi epidemiologi adalah:
1. Mendiagnosis masalah kesehatan masyarakat.
2. Menentukan riwayat alamiah dan etiologi penyakit.
3. Menilai dan merencanakan pelayanan kesehatan.
Ketiga tujuan tersebut dicapai dengan melakukan surveilans epidemiologi. Surveilans epidemilogi meliputi kegiatan-kegiatan:
1. Pengumpulan data secara sistematis dan kontinu.
2. Pengolahan, analisis, dan interpretasi data sehingga menghasilkan informasi.
3. Penyebarluasan informasi tersebut kepada instansi yang berkepentingan.
4. Penggunaan informasi tersebut untuk pemantauan, penilaian, dan perencanaan program kesehatan.
Penelitian epidemiologi mencakup kegiatan yang sama dengan surveilans epidemiologi, tetapi pengumpulan datanya tidak dilakukan secara kontinnu. Penelitian epidemiologi terutama bersifat obsevasional (pada epidemiologi lapangan), yang mempelajari hubungan antara pajanan dengan terjadinya penyakit (disease). Untuk menyederhanakn penilaian, dalam kebanyakan studi digunakan pengukuran pajanan dan penyakit yang berskala dikotomi.
Pajanan dapat berasal dari luar subjek yang dipelajari (kebisingan lingkungan, zat toksik dalam makanan, dan sebagainya), perilaku subjek (usia, jenis kelamin, dan sebagainya). Faktor risiko adalah pajanan yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit, sedangkan faktor preventif adalah pajanan yang menurunkan risiko terjadinya penyakit.
  • Wabah dan KLB
Istilah epidemi (wabah) di waktu lampau digunakan khusus untuk mendeskripsikan peristiwa berjangkitnya penyakit menular secara akut. Pengertiannya pada saat ini lebih ditekankan pada konsep prevalensi yang berlebihan dan dapat digunakan pula untuk penyakit tidak menular.
Dalam UU Republik Indonesia No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dan PP Republik Indonesia No. 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular dinyatakan:
• Wabah (wabah penyakit menular) adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada wilayah dan periode tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
• KLB (kejadian luar biasa) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian morbiditas/mortalitas yang bermakna secara epidemiologis pada suatu wilayah dan periode tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.