Senin, 21 Maret 2011

TUGAS DASAR PEMBERANTASAN PENYAKIT 2

AIR BORNE DISEASE

SARS

A. DEFINISI

SARS adalah sindrom pernapasan akut berat yang merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang penyebabnya adalah Coronavirus (suatu “single-stranded enveloped RNA virus”).

SARS Pertama kali ditemukan di Provinsi Guang Dong, Cina pada bulan November tahun 2002 sampai bulan Februari 2003. Menyebar ke Hongkong,Vietnam dan Thailand. Sementara itu, di Indonesia sendiri, menurut data terakhir Badan Kesehatan Dunia (WHO) baru ditemukan 7 kasus suspect, 2 kasus probable, dan belum ada satu pun kasus kematian akibat penyakit ini (WHO, 21 Juli 2006).

UPI (United Press International), tanggal 11 Januari 2004, melaporkan seorang pria umur 35 tahun bekerja sebagai reporter TV freelance di Guangdong dan seorang waitress berumur 20 tahun masuk rumah sakit dengan diagnose suspect SARS atau tanda-tanda gangguan pernafasan berat yang terjadi secara akut.

B. EPIDEMIOLOGI

Penyebaran SARS diketahui melalui kontak langsung dengan penderita. Ludah, dahak dan cairan yang dikeluarkan saat bersin, dan aliran nafas merupakan media penularan. Para peneliti menemukan bahwa penyebabnya adalah sejenis virus yang termasuk dalam kelompok virus corona penyebab influensa biasa.

Sejak diketahui pertama kali di Guangdong akhir November 2002, dalam dua bulan SARS menyebar ke berbagai kota di China bahkan sampai ke negara-negara yang jauh dari daratan China, seperti Canada dan Singapura. Dilaporkan seorang pedagang China dari Hongkong masuk Rumah Sakit Vietnam-France Hospital yang kemudian ternyata menderita SARS dan menjadi pemicu berjangkitnya penyakit ini di Vietnam. Dia terinfeksi oleh seorang dokter dari Guangdong yang menginap bersama satu lantai di Metropole Hotel Hanoi. Dia dan petugas RS tersebut kemudian diteliti oleh DR.Carlo Urbani yang juga terinfeksi dan meninggal karena SARS; selanjutnya Vietnam-France Hospital ditutup sementara untuk investigasi.

Mulanya SARS dilaporkan diderita oleh seorang lelaki yang suka makan dan berburu binatang liar di Guangdong . Penelitian selanjutnya melakukan uji darah terhadap 25 binatang sampel yang ternyata tidak menemukan virus corona. Selanjutnya Kwak Yung Yuen dkk. dari University of Hongkong dapat mengisolasi virus corona dari kotoran hewan dan cairan hidung binatang Paguma larvata sejenis musang Himalaya yang banyak dijual dan dimakan di restoran-restoran di Guangdong. Diperkirakan binatang ini tertular virus influenza dari manusia, mengalami mutasi, kemudian menjadi virulen dan menginfeksi manusia yang memakannya.

Tingkat penyebarannya sangat cepat melalui orang perorang, diperkirakan virus ini mempunyai ke- mampuan luarbiasa yang dapat menulari sekaligus 300 orang lainnya. Gejalanya dapat terlihat dalam waktu relatif pendek dengan masa inkubasi 2-7 hari. SARS pada awalnya mungkin disangka Flu biasa, namun sesudah beberapa hari akan memberat dengan tanda-tanda demam (di atas 38ยบ C) , batuk tanpa dahak, suaram parau, napas pendek, kesulitan bernafas, nyeri dada, nyeri kepala dan memiliki riwayat dalam 7-10 hari bepergian ke daerah endemik (China, Hongkong, Singapura, Vietnam dan Canada) atau kontak dengan penderita SARS.

Virus dapat masuk ke dalam tubuh melalui dinding saluran pernafasan,mukosa mulut dan selaput retina mata.Virus ini menyerang saluran pernafasan manusia dan binatang berdarah panas. Kontak dapat terjadi melalui. dahak dan ingus yang dikeluarkan saat bersin dan batuk. Kondisi berada bersama penderita tanpa pelindung dalam ruang tertutup pada jarak satu meter (3 feet) memungkinkan penularan. Sistim sirkulasi udara (kipas angin), penyejuk udara terpusat (central air condition) dapat mempercepat transmisi virus SARS dari satu ruangan ke ruangan lain.

Prof.Malik Peiris seorang peneliti mikro biologi menyatakan bahwa virus SARS dapat hidup di udara selama beberapa jam dan selama itu pula dapat menyebar melalui kontak jabat tangan, atau menyentuh pegangan tangga putar (elevator) yang sebelumnya dipegang oleh penderita SARS.

Virus SARS juga dapat hidup beberapa hari dalam urin dan faeses penderita. Anggota keluarga dan petugas Rumah Sakit (RS) yang merawat pasien SARS dapat tertular jika tak menggunakan alat pelindung yang memadai.

1. Aspek virologi

· RNA (nucleic acid core)

· tidak diketahui atau kompleks (capsid symmetry)

· ber-envelope (virion : naked atau ber-envelope)

· sitoplasma (site of capsid assembly)

· sensitif (reaksi terhadap eter)

· 80 – 220 nm (diameter virion)

· Coronaviridae (familia)

2. Masa inkubasi

· 2–10 hari

· 1–29 hari

· 1–11 hari

3. Gejala SARS

· panas hebat dalam beberapa hari

· nyeri sendi

· batuk

· pernapasan terganggu

4. Agent

· CORONA VIRUS

§ sekelompok virus yang memiliki mahkota duri yang khas bila dilihat di bawah mikroskop elektron.

§ Merupakan virus dengan organ target yaitu sel epitel pada saluran pernapasan

§ menimbulkan kerusakan alveolus yang lama.

5. Host :

Manusia

6. Environmental :

udara di sekitar kita, tempat fasilitas umum yang banyak orang, alat perkakas rumah tangga, tempat pelayanan kesehatan.

C. ETIOLOGI

Penyebab SARS adalah Corona virus atau Parimoxyviridae virus. Etiologi ini

sebagai temuan awal yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut para ahli.

D. DISTRIBUSI PENYAKIT

KLB SARS yang cukup besar terjadi antara bulan November 2002 sampai dengan bulan Juli 2003 di Kanada, Cina (termasuk Hongkong dan Taiwan), Singapura dan Vietnam.

Pada saat itu virus diketahui menyebar ke lebih dari 20 lokasi didunia yaitu di beberapa tempat di Afrika, Amerika, Asia, Australia, Eropa, Timur tengah dan daerah Pasifik. Pada tanggal 5 Juli 2003, WHO melaporkan bahwa tidak ditemukan lagi penularan dari orang ke orang diseluruh wilayah KLB SARS, namun WHO menyarankan agar kegiatan surveilans yang intensif harus dilanjutkan. Dengan kegiatan surveilans yang tetap intensif akan diketahui apakah SARS menjadi endemis disuatu wilayah ataukah tidak, apabila SARS muncul kembali didaerah tersebut akan dengan mudah dan cepat diketahui.

Pada bulan September 2003, di Singapura ditemukan petugas laboratorium positif SARS dengan pemeriksaan PCR. Tiga bulan kemudian kejadian yang sama menimpa petugas laboratorium di Tiapeh (Cina Taiwan). Pada kedua kejadian diatas tidak terjadi penularan yang menimbulkan penderita sekunder.

Kejadian ketiga terjadi di Beijing pada bulan April 2004 menimpa dua orang petugas laboratorium. Seorang petugas laboratorium tersebut sempat menularkan kepada anggota keluarganya dan petugas kesehatan lain sehingga menimbulkan KLB kecil generasi ketiga. Namun KLB ini dapat diatasi oleh otoritas kesehatan Cina.

E. RESERVOIR

Sampai saat ini reservoir virus SARS belum diketahui dengan jelas. Penelitian yang sering dilakukan di Provinsi Guangdong, Cina, coronavirus yang sama ditemukan pada spesies binatang tertentu yang dijual dipasar. Penelitian terus dilakukan.

F. KASUS SUSPECT SARS

Dalam kasus suspek, memenuhi kriteria :

· Demam tinggi (38oC)

· Satu atau lebih gangguan pernafasan :

ร˜ Batuk, nafas pendek, sulit bernafas

· Satu atau lebih keadaan berikut :

ร˜ Dalam sepuluh menit sebelum sakit, mempunyai riwayat melakukan kontak erat dengan seorang yang telah didiagnosa SARS.

ร˜ Dalam sepuluh hari terakhir sebelum sakit, melakukan perjalanan ke suatu tempat yang dilaporkan ada penderita SARS.

G. CONTROL

· Makan makanan yang bergizi

· Istirahat yang cukup

· Olahraga teratur

· Hindari stres karena dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh

· Menghindari tempat2 yang menjadi endemi SARS

· Menjaga selalu kebersihan diri

· Memakai masker jika bepergian atau kontak dengan penderita SARS

H. ELIMINASI

· KPP mengawasi setiap bandara, pelabuhan dan terminal yang ada

· Diisolasi jika positif terkena SARS

· Upaya public awareness melalui upaya advokasi dan sosialisasi, pemantauan atau surveilans kasus secara epidemiologi

· Diterbitkan Poster, Booklet, leaflet dan Flyer (baik untuk jajaran kesehatan kabupaten/kota dan khusus untuk para TKI).

· Dilakukannya pemeriksaan penumpang di bandara pada saat kedatangan (arrival screening) dan saat keberangkatan (pres-departure screening)

· Travel Advisory : penundaan bepergian ke tempat yang endemis SARS

I. PENGOBATAN SUSPECT

· Antibiotic (bila ada radang paru dan atipik)

· Suportif : vitamin C dan b kompleks

· Simtomatik : analgesic, antitusif, mukolitik

· Profilaksis : antibiotik terapeutik dan profilaksis sesuai indikasi

· Penggunaan antivirus (ribavirin). Biasa digunakan untuk infeksi RSV dan HCV

· Pemberian oksigen adekuat

· Kortikosteroid dosis tinggi, untuk mengurangi reaksi radang paru.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/148_09ApakahSARSBerjangkit.pdf/148_09ApakahSARSBerjangkit.html

http://nyomankandun.tripod.com/sitebuildercontent/sitebuilderfiles/sars.pdf

http://www.hdindonesia.com/info-medis/penyakit-yang-ditularkan-lewat-udara

http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Mikrobiologi/vsars-p.pdf

http://digilib.litbang.depkes.go.id/files/disk1/18/jkpkbppk-gdl-course-2003-ministry-896-manual-pedomanse.pdf

Sabtu, 19 Maret 2011

TUGAS DASAR PEMBERANTASAN PENYAKIT 1

FOOD AND WATER BORNE DISEASE

POLIO

A. DEFINISI

Di masa lalu, polio sangat umum. Itu sering menjadi penyebab kematian dan kelumpuhan di seluruh dunia, terutama pada anak muda. Di Inggris, ada wabah meluas kasus polio selama 1940-an dan awal 1950-an.

Karena pengenalan vaksin polio pada tahun 1955, jumlah kasus polio telah berkurang secara dramatis.

Sejak tahun 1998, ada belum ada kasus polio yang dilaporkan di Inggris. Sekarang ada hanya empat negara di mana kondisi masih menjadi masalah serius. Ini adalah:

• Nigeria

• India

• Afghanistan, dan

• Pakistan

Tidak ada obat untuk polio sehingga sangat penting untuk mencegah terjadi. Pastikan anak Anda menerima semua imunisasi yang diperlukan mereka.

Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakanp olioviru s (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).

Atau polio dapat diartikan sebagai, suatu penyakit akut dan kadang-kadang menghancurkan disebabkan oleh virus. Manusia adalah tuan rumah wajar saja untuk virus polio. Virus memasuki mulut dan berkembang biak dalam jaringan limfoid di tenggorokan dan usus. Sejumlah kecil virus memasuki darah dan pergi ke situs lain di mana virus berkembang biak lebih luas. Putaran lain viremia (virus dalam aliran darah) mengarah ke invasi dari sistem saraf pusat (SSP), sumsum tulang belakang dan otak, daerah target disambar oleh virus.

Dalam polio, ada peradangan sistem saraf pusat, terutama sel-sel tanduk anterior dari sumsum tulang belakang dan batang otak (bagian dari otak antara belahan otak dan sumsum tulang belakang).

  1. EPIDEMIOLOGI

Tahun 1988, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mensahkan resolusi untuk menghapus polio sebelum tahun 2000. Pada saat itu masih terdapat sekitar 350 ribu kasus polio di seluruh dunia. Meskipun pada tahun 2000, polio belum terbasmi, tetapi jumlah kasusnya telah berkurang hingga di bawah 500. Polio tidak ada lagi di Asia Timur, Amerika Latin, Timur Tengah atau Eropa, tetapi masih terdapat di sejumlah kecil di India dan Pakistan sedangkan di Nigeria, penyakit ini masih terus berjangkit karena pemerintah yang mencurigai vaksin polio yang diberikan dapat mengurangi fertilitas dan menyebarkan HIV. Tahun 2004, pemerintah Nigeria meminta WHO untuk melakukan vaksinasi lagi setelah penyakit polio kembali menyebar ke seluruh Nigeria dan 10 negara tetangganya. Konflik internal dan perang saudara di Sudan dan Pantai Gading juga mempersulit pemberian vaksin polio.

Meskipun banyak usaha telah dilakukan, pada tahun 2004 angka infeksi polio meningkat menjadi 1.185 di 17 negara dari 784 di 15 negara pada tahun 2003. Sebagian penderita berada di Asia dan 1.037 ada di Afrika. Nigeria memiliki 763 penderita, India 129, dan Sudan 112.

Pada tanggal 17 september 2006 ditemukan kasus liar poliovirus tipe I di Kenya, pada saat itu ditemukan 216 kasus yang dibawa oleh pendatang dari Somalia yang merupakan negara tetangga dari Kenya.

Di Indonesia perkembangan KLB Polio sejak ditemukannya kasus polio pertama Maret 2005 lalu setelah 10 tahun (1995-2005) tidak ditemukannya lagi kasus polio. Namun penyakit polio ini kembali mewabah di indonesia tahun 2005. Hingga tanggal 21 november 2005, ditemukan 295 kasus polio yang terdapat di 40 kabupaten yang ada di 10 propinsi yakni Banten, Jawa Barat, Lampung, Jawa Tengah, sumut, Jawa Timur, Sumatera Selatan, DKI, Riau, dan Aceh.

1. Virus Polio

Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tigas tr ain berbeda dan amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari.

Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak antarmanusia. Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan virus.

2. Resiko terjadinya polio:

· Belum mendapatkan imunisasi polio

· Bepergian ke daerah yang masih sering ditemukan polio

· Kehamilan

· Usia sangat lanjut atau sangat muda

· Luka di mulut/hidung/tenggorokan (misalnya baru menjalani pengangkatan amandel atau pencabutan gigi)

· Stres atau kelelahan fisik yang luar biasa (karena stres emosi dan fisik dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh).

3. Jenis Polio

a. Polio non-paralisis

Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.

b. Polio paralisis spinal

Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah virus polio menyerang usus, virus ini akan diserap oleh pembulu darah kapiler pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Virus Polio menyerang saraf tulang belakang dan syaraf motorik -- yang mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat -- menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan syaraf motorik. Syaraf motorik tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas -- kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebutquadr iplegia.

c. Polio bulbar

Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.

Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim 'perintah bernapas' ke paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat 'tenggelam' dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru- paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan 'paru-paru besi' (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.

Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia penderita. Hingga saat ini, mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan paru-paru besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal sering menyerang bersamaan dan merupakan sub kelas dari polio paralisis. Polio paralisis tidak bersifat permanen. Penderita yang sembuh dapat memiliki fungsi tubuh yang mendekati normal.

4. Lumpuh Poliomyelitis

Polio infeksi sering disertai hanya oleh gejala minor. Dalam beberapa kasus, meskipun, virus memasuki sistem saraf pusat setelah mereplikasi dalam usus dan aliran darah, dan hal ini dapat mengakibatkan kelumpuhan dari satu atau lebih anggota badan, atau kematian. Meskipun banyak infeksi yang tanpa gejala, efisiensi dengan yang polio ditularkan di bawah kondisi yang tepat dapat menyebabkan epidemi kelumpuhan kekanak-kanakan, seperti yang terlihat di kota-kota Amerika di paruh pertama abad ke-20. Jika sebagian cukup besar dari penduduk kota terkena polio, bahkan sebagian kecil infeksi yang menyebabkan kelumpuhan akan menghasilkan sejumlah besar korban, membuatnya menjadi perhatian utama bagi otoritas kesehatan masyarakat. Wabah polio paralitik masih terjadi di beberapa negara kurang berkembang hari ini, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memulai sebuah kampanye untuk memberantas polio pada tahun 2000.

5. Anak-anak dan polio

Anak-anak kecil yang terkena polio seringkali hanya mengalami gejala ringan dan menjadi kebal terhadap polio. Karenanya, penduduk di daerah yang memiliki sanitasi baik justru menjadi lebih rentan terhadap polio karena tidak menderita polio ketika masih kecil. Vaksinasi pada saat balita akan sangat membantu pencegahan polio di masa depan karena polio menjadi lebih berbahaya jika diderita oleh orang dewasa. Orang yang telah menderita polio bukan tidak mungkin akan mengalami gejala tambahan di masa depan seperti layu otot; gejala ini disebut sindrom post-polio.

  1. DISTRIBUSI PENYAKIT

Sebelum program imunisasi polio dilakukan secara luas, polio ditemukan tersebar di seluruh dunia. Sebagai hasil dari Program Pengembangan Imunisasi (Expanded Programme on Immunization) yang dilaksanakan di seluruh dunia ditambah dengan inisiatif WHO untuk melakukan eradikasi polio di seluruh dunia, jumlah kasus polio yang dilaporkan menurun secara drastis. Penderita polio terakhir yang dilaporkan disebabkan oleh virus liar indigeneous di belahan bumi bagian barat adalah di Peru pada bulan Agustus tahun 1991. Polio sudah sangat dekat memasuki tahap eradikasi. Risiko penularan polio sangat ini masih ditemukan di anak benua India, Afrika Tengah dan Afrika bagian Barat. Negara-negara Afrika yang tercabik-cabik oleh perang dimana infrastruktur pelayanan kesehatan hancur mempunyai risiko terjadinya wabah polio. WHO menetapkan tahun 2000 sebagai tahun tercapainya eradikasi polio global. Namun para ahli berpendapat bahwa diperlukan beberapa tahun lagi setelah tahun 2000 untuk mencapai eradikasi polio secara global.

Walaupun transmisi virus polio liar di negara-negara maju sudah menurun secara drastis namun ancaman terjadinya KLB polio masih tetap ada. Sebagai contoh pada tahun 1992-1993 terjadi KLB polio di Belanda yang menimpa kelompok-kelompok keagamaan yang menolak diberikan imunisasi. Virus polio juga ditemukan pada kelompok keagamaan yang sama di Kanada, namun tidak ditemukan adanya kasus polio klinis. Kasus polio ditemukan di negara maju yang menyerang orang-orang yang belum pernah diimunisasi yang mengadakan perjalanan ke negara endemis. Kasus polio di negara maju ditemukan di kalangan imigran yang tidak pernah mendapatkan imunisasi setelah pulang dari mengunjungi tanah leluhur mereka. Kasus polio lain yang ditemukan di negara maju umumnya vaccine related, yaitu yang disebabkan oleh virus vaksin. Di AS setiap tahun dilaporkan 5-10 penderita polio yang disebabkan oleh virus vaksin. Hal ini dimungkinkan oleh karena vaksin polio yang dipakai sebagian besar adalah vaksin polio yang berisi virus hidup (OPV). Separuh dari kasus polio yang disebabkan oleh virus vaksin ini terjadi pada orang dewasa oleh karena kontak dengan orang yang telah mendapatkan vaksinasi.

Di daerah endemis, kasus polio muncul secara sporadis ataupun dalam bentuk KLB. Jumlah penderita meningkat pada akhir musim panas dan pada saat musim gugur di daerah beriklim dingin. Di negara-negara tropis, puncak musiman terjadi pada saat musim panas dan musim hujan, namun jumlah kasus tidak begitu banyak.

Polio masih merupakan penyakit yang menyerang bayi dan anak-anak. Disebagian besar negara endemis 70-80% penderita polio berusia dibawah 3 tahun, dan 80-90% berusia dibawah 5 tahun. Mereka yang mempunyai risiko tinggi tertulari adalah kelompok rentan seperti kelompok-kelompok yang menolak imunisasi, kelompok minoritas, para migran musiman, anak-anak yang tida terdaftar, kaum nomaden, pengungsi dan masyarakat miskin perkotaan.

  1. ETIOLOGI

Virus polio termasuk dalam kelompok (sub-group) entero virus, famili Picornaviridae. Dikenal 3 macam serotipe virus polio yaitu P1, P2 dan P3. Virus polio ini menjadi tidak aktif apabila terkena panas, formaldehid, klorin dan sinar ultraviolet.

  1. MEKANISME PENULARAN

1. Penularan virus terjadi melalui beberapa cara:

· secara langsung dari orang ke orang,

· melalui percikan ludah penderita, dan

· melalui tinja penderita.

2. Rute Transmisi

Virus polio menyebar melalui rute "fecal-oral", adalah jalur umum infeksi mikroba. Virus dapat diisolasi dari kotoran manusia dan air kotor. Di daerah di mana limbah baku memasuki DAS tanpa pengobatan, polio dapat ditemukan di sungai, danau, dan sungai. Ketika seseorang minum air rentan dari salah satu sumber (mungkin dari dapur keran ketika pasokan air lokal yang tidak ditangani dengan baik), virus memasuki saluran pencernaan.

Setelah bertahan, kondisi keras asam lambung, virus menginfeksi sel-sel lapisan usus (the "mukosa usus"). Setiap putaran replikasi menghasilkan ribuan partikel virus baru, atau virion, yang kemudian dibawa melalui usus dan dilepaskan ke sistem pembuangan limbah untuk memulai siklus itu lagi. Selain air minum yang tidak diobati, virus ini tampaknya menyebar melalui kontak, terutama di kalangan anak-anak, yang tangannya sering terkontaminasi.

3. MASA INKUBASI

Umumnya 7-14 hari untuk kasus paralitik, dengan rentang waktu antara 3-35 hari.

4. MASSA PENULARAN

Tidak diketahui dengan tenpat, namun penularan dimungkinkan tetap terjadi sepanjang virus masih dikeluarkan melalui tinja. Virus polio dapat ditemukan didalam sekret tenggorokan dalam waktu 36 jam dan pada tinja 72 jam setelah terpajan dengan infeksi baik dengan penderita klinis maupun dengan kasus inapparent. Virus tetap dapat ditemukan pada tenggorokan selama 1 minggu dan didalam tinja 3-6 minggu atau lebih. Penderita polio sangat menular selama beberapa hari sebelum dan beberapa hari sesudah gejala awal.

  1. CARA PENANGGULANGAN

1. Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang manfaat pemberian imunisasi sedini mungkin semasa anak-anak.

2. Sejak akhir tahun 1999, kedua jenis vaksin baik vaksin trivalen hidup orang yang berisikan virus hidup yang dilemahkan (attenuated) (OPV) maupun vaksin suntikan yang berisikan virus polio mati (IPV) bisa didapat secara komersial. Pemakaian kedua jenis vaksin ini di berbagai negara berbeda-beda.

Vaksin oral polio (OPV) menirukan infeksi alamiah yang terjadi di alam. OPV merangsang pembentukan antibodi baik antibodi di dalam darah maupun antibodi lokal pada jonjot (vili) usus. Disamping itu virus yang ada pada OPV dapat mengimunisasi orang-orang di sekitarnya dengan cara penyebaran sekunder. Di negara-negara berkembang dilaporkan bahwa angka serokonversi rendah dan vaccine efficacy menurun. Namun hal ini dapat diatasi dengan pemberian dosis tambahan melalui kampanye.

Pada pemberian air susu ibu tidak menyebabkan pengurangan yang bermakna terhadap daya lindung yang diberikan oleh OPV. WHO merekomendasikan untuk memakai OPV saja dalam program imunisasi di ngara berkembang oleh karena murah, mudah pemberiannya dan mempunyai kemampuan yang tinggi dalam memberikan imunitas pada masyarakat.

IPV seperti halnya OPV dapat memberikan perlindungan kepada individu bagus sekali dengan merangsang pembentukan antibodi dalam darah yang memblokir penyebaran virus ke sistem saraf pusat. Baik OPV maupun IPV kedua-duanya merangsang pembentukan kekebalan intestinal. Banyak negara maju berpindah ke pemakaian IPV saja untuk imunisasi rutin, setelah terbukti jelas selama beberapa tahun virus polio liar telah tereliminasi. Lima orang dengan gangguan imunodefisiensi primer diketahui secara terus-menerus mengeluarkan virus yang berasal dari OPV pada kotorannya selama 4 sampai 7 tahun lebih. Makna dari temuan ini adalah dalam rangka pertimbangan akan kemungkinan pada suatu saat untuk menghentikan imunisasi polio. Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya kejadian serupa di negara-negara berkembang.

DAFTAR PUSTAKA:

http://www.spesialis.info/?penyebab-polio,443

http://microbiology.columbia.edu/pico/Chapters/Epidemiology.html

http://www.ypac-semarang.org/index.php?pilih=hal&id=9

http://www.dokter-online.org/index.php?option=com_content&view=article&id=55:poliomyelitis-akut&catid=43:otak-a-syaraf&Itemid=60

http://www.scribd.com/doc/30570198/Makalah-Komunitas-Polio

http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=4972